MAKALAH
FTS LIQUID
Oleh
:
NURUL
UTRUJAH 11.02.1026
AKADEMI
FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG
Januari,
2013
1.1 Latar Belakang
Pada zaman
sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkembang pesat,
begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari bentuk
sediaannya yang beragam yang telah di buat oleh tenaga farmasis. Diantara
sediaan obat tersebut menurut bentuknya yaitu solid (padat), semisolid
(setengah padat) dan liquid (cair).
Sediaan liquid
lebih banyak digunakan pada bayi, anak-anak dan lanjut usia yang sukar minum
obat, seperti tablet dan pil yang memiliki rasa pahit atau tidak enak. Selain
itu, sediaan liquid juga lebih mudah diabsorpsi oleh tubuh. Namun, sediaan
liquid sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba sehingga tumbuh jamur pada
sediaan.
Oleh karena itu,
pada praktikum FTS ini akan dibuat bagaimana cara pembuatan sediaan liquid
seperti larutan, suspense dan emulsi. Dengan melakukan praktikum diharapkan
dapat mengetahui cara pembuatan sediaan liquid dengan memilih bahan yang
sesuai, metode pembuatan dan mengevaluasi apabila sediaan sudah jadi untuk
mendapatkan hasil yang baik.
1.2 Dasar Teori
1.2.1
Larutan
a.
Pengertian
§ Menurut IMO hal 95
Larutan
ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut
digunakan air suling kecuali dinyatakan lain.
§ Menurut FI III hal 32
Larutan
adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kcuali dinyatakan lain
sebagai pelarut digunakan air suling.
b.
Macam-macam Bentuk Sediaan
Larutan ( Ilmu Resep, 81-93)
§ Menurut cara pemberiannya dibagi 2, yaitu:
1.
Larutan oral adalah
sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran konsolven.
Bebrapa contoh larutan oral, antara lain:
a.
Sirup adalah sediaan pekat
dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan
pewangi dan zat obat. Komponen-komponen dari sirup : (1) gula, biasanya sukrosa
atau pengganti gula yang digunakan untuk member rasa manis dan kental, (2)
pengawat antimikroba, (3) pembau, dan (4) pewarna. (Howard C. Ansel, Ph. D.
dkk. Fakultas Farmasi Univ. Georgia 326)
Ada 3 macam sirup yaitu :
a. Sirup simpleks, mengandung 65 % gula
dalam larutan nipagin 0,25 % b/v.
b. Sirup obat, mengandung satu atau lebih
jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan.
c. Sirup pewangi, tidak mengandung obat
tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. Penambahan sirup ini
bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
b.
Eliksir adalah larutan
hidroalkohol yang jernih dan manis dimasukkan untuk penggunaan vital, dan
biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Dibandingkan dengan sirup
eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang
lebih rendah dan akibatnya kurang efektif disbanding sirup dalam menutupi rasa
senyawa obat. (Howard C. Ansel, Ph. D. dkk. Fakultas Farmasi Univ. Georgia 341)
2.
Larutan topical adalah
larutan yang biasanya mengandung air, tetapi seringkali mengandung pelarut lain
seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau larutan lidokain
oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. Sedian-sedian yang
termasuk larutan topical :
1.
Collyrium
Adalah sediaan berupa larutan steril,
jernih, bebas pirogen, isotonis, digunakan untuk membersihkan mata. Dapat
ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
2. Guttae Ophthalmicae
Tetes mata adalah larutan steril bebas
partikel asing merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga
sesuai digunakan pada mata. Tetes mata juga tersedia dalam bentuk suspensi, partikel
halus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan
pada kornea.
3.
Gargarisma
Gargarisma / obat kumur mulut adalah
sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu
sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan atau
pengobatan infeksi tenggorokan. Contohnya : Betadin gargle.
4.
Guttae Oris
Tetes mulut adalah Obat tetes yang
digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk
dikumur-kumur, tidak untuk ditelan.
5.
Guttae Nasalis
Tetes hidung adalah obat yang digunakan
untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat
mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet. Minyak lemak atau minyak
mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa.
6.
Inhalation
Sediaan yang dimaksudkan untuk disedot oleh
hidung atau mulut, atau disemprotkan dalam bentuk kabut kedalam saluran
pernafasan. Tetesan butiran kabut harus seragam dan sangat halus sehingga dapat
mencapai bronkhioli.
7.
Injectiones / Obat suntik
Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan cara
merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
8.
Lavement / Enema / Clysma
Cairan yang pemakaiannya per rectum / colon
yang gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat atau
sistemik. Enema yang digunakan untuk membersihkan atau penolong pada sembelit
atau pembersih feces sebelum operasi, tidak boleh mengandung zat lendir. Selain
untuk membersihkan enema juga berfungsi sebagai karminativa, emolient,
diagnostic, sedativa, anthelmintic dan lain-lain.
9.
Douche
Adalah larutan dalam air yang dimaksudkan
dengan suatu alat kedalam vagina, baik untuk pengobatan maupun untuk
membersihkan. Karena larutan ini mengandung bahan obat atau antiseptik. Contoh
: Betadin Vagina Douche.
10.
Epithema / Obat kompres
Adalah cairan yang dipakai untuk
mendatangkan rasa dingin pada tempat-tempat yang sakit dan panas karena radang
atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mngeringkan
luka bernanah. Contoh : Rivanol.
11.
Litus Oris
Oles bibir adalah cairan agak kental dan
pemakaiannya secara disapukan dalam mulut. Contoh larutan 10 % Borax dalam
gliserin.
§ Penggolongan Berdasarkan Sistem Pelarut dan Zat terlarut
1.
Spirit : larutan yang mengandung etanol atau
hidroalkohol dai zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
2.
Tingtur : larutan mengandung etanol atau
hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
3.
Air aromatik : larutan jernih dan jenuh dalam air,
dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatic, atau bahan mudah menguap
lainnya.
§ Pelarut yang biasa digunakan adalah :
a.
Air, untuk melarutkan
bermacam-macam garam.
b.
Spiritus, untuk melarutkan
kamfer, iodine, mentol.
c.
Gliserin, untuk melarutkan
tannin, zat samak, boraks, fenol.
d.
Eter, untuk melarutkan
kamfer, fosfor, sublimat.
e.
Minyak, untuk melarutkan
kamfer, mentol.
f.
Paraffin liquidum, untuk
melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak, kamfer, mentol, klorbutanol.
g.
Kloroform, untuk
melarutkan minyak-minyak, lemak.
c.
Factor-faktor yang
Mempengaruhi Larutan
1.
Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan
larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut dalam
air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya
alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.
2.
Cosolvensi
Cosolvensi
adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut
lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3.
Kelarutan
Zat
yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi
umumnya adalah :
a.
Dapat larut dalam air
Semua
garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua
garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b.
Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3,
Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali
KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4,
Na3PO3.
4.
Temperatur
Zat
padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Berdasarkan
pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol
dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium
karbonas.
c. Saturatio
d. Senyawa-senyawa kalsium, misalnya : Aqua
calsis.
5. Salting
Out
Salting
Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak
atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl
jenuh.
6.
Salting In
Salting
in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air
tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7.
Pembentukan Kompleks
Pembentukan
kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan
zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam
larutan KI atau NaI jenuh.
Kecepatan
kelarutan dipengauhi oleh :
1. Ukuran partikel : Makin halus solute,
makin kecil ukuran partikel ; makin luas permukaan solute yang kontak dengan
solvent, solute makin cepat larut.
2. Suhu : Umumnya kenaikan suhu menambah
kenaikan kelaruta solute.
3. Pengadukan.
8. Common ion effect (efek ion bersama)
9. Hidrofi
d. Formula Umum Larutan
1. Bahan obat / zat aktif
2. Pembantu pelarut (bila diperlukan)
3. Zat tambahan (bila diperlukan)
4. Pelarut
e. Komposisi Larutan
1. Solvent (zat pelarut), contohnya :
a.
Air, untuk melarutkan
bermacam-macam garam.
b.
Spiritus, untuk melarutkan
kamfer, iodine, mentol.
c.
Gliserin, untuk melarutkan
tannin, zat samak, boraks, fenol.
d.
Eter, untuk melarutkan
kamfer, fosfor, sublimat.
e.
Minyak, untuk melarutkan
kamfer, mentol.
f.
Paraffin liquidum, untuk
melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak, kamfer, mentol, klorbutanol.
g.
Kloroform, untuk
melarutkan minyak-minyak, lemak.
2.
Solut (zat pelarut),
contohnya :
a.
Kamfer i. Sublimat
b.
Iodin j. Cera
c.
Mentol k. Cetasium
d.
Tannin l.
Minyak
e.
Zat samak m. Lemak
f.
Boraks n. Klorbutanol
g.
Fenol o. Macam-macam garam
h.
Fosfor
f. Istilah Kelarutan
1.
Sangat mudah larut (kurang dari 1)
2.
Mudah larut (1 sampai 10)
3.
Larut (10 sampai 30)
4.
Agak sukar larut (30 sampai 100)
5.
Sukar larut (100 sampai 1000)
6.
Sangat sukar larut (1000 sampai 10.000)
7.
Praktis tidak larut atau tidak larut (lebih dari 10.000)
g.
Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Larutan
a. Keuntungan :
§ Merupakan
campuran homogen
§ Dosis
dapat diubah-ubah dalam pembuatan
§ Dapat
diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan.
§ Kerja
awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorpsi.
§ Mudah
diberikan pemanis, bau-bauan, wwarna dan hal ini cocok untuk pemberian obat
pada anak-anak.
§ Untuk
pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
b.
Kerugian :
§
Volume bentuk larutan
lebih besar
§
Ada obat yang tidak
stabil dalam larutan
§
Ada obat yang sukar
ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
h.
Syarat-syarat Larutan
1.
Komponen berupa : cairan,
gas, padatan
2.
Pelarutnya berupa cairan
3.
Zat terlarut harus dapat
larut dalam pelarutnya
i.
Cara Melarutkan Zat (IMO,
99)
1.
Zat-zat yang mudah larut,
dilarutkan dalam botol
2.
Zat-zat yang agak sukar
dilarutkan dengan pemanasan
3.
Untuk zat yang akan
terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk
senyawa hidrat yang lebih lambat.
4.
Untuk zat yang meleleh
dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar erlenmeyer atau botol
maka perlu dalam melarutkkan digoyang-goyangkan atau di gojok untuk mempercepat
larutnya zat tersebut.
5.
Zat-zat yang mudah
terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan dan dilarutkan
secara dingin.
6.
Zat-zat mudah menguap
bila dipaanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dipanaskan
serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan.
7.
Obat-obat keras harus
dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua, dapat dilakukan
ditabung reaksi lalu bilas.
8.
Perlu diperhatikan bahwa
pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk
menambah kelarutan, sebab bila keadaan menjadi dingin maka akan terjadi
endapan.
j.
Evaluasi
1.
Homogenitas
§ Saturasi
Adalah
larutan garam yang dibuat dengan mereaksikan asam dan basa. Larutan tersebut
dijenuhkan dengan gas CO2.
Tabel
saturasi
Untuk 10 bagian
|
Acidum Acetikum
|
Acidum Citrikum
|
Acidum Salicyicum
|
Acidum Tartancum
|
Ammonia
|
58,8
|
4,1
|
8,1
|
4,4
|
Kalli
Carbonas
|
144,7
|
10,1
|
20,0
|
10,9
|
Natrii
Carbonas
|
69,9
|
4,9
|
9,7
|
5,2
|
Natrium
Bicarbonas
|
119
|
8,3
|
16,4
|
8,9
|
Untuk 10 bagian
|
Ammonia
|
Kalium Carbonas
|
Natrium Bicarbonas
|
Natrium Carbonas
|
Acidum
Acetikum
|
1,7
|
0,7
|
0,84
|
1,43
|
Acidum
Citricum
|
24
|
9,9
|
12,0
|
20,4
|
Acidum
Salicyicum
|
12,3
|
5,0
|
6,1
|
10,4
|
Acidum
Tartancum
|
22,7
|
9,2
|
11,2
|
19,1
|
1.2.2
SUSPENSI
a.
Pengertian
§ FI
III, hal 32
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawanya.
§ FI
IV, hal 17
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
dalam fase cair.
§ IMO
, hal 149
Suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
§ Formulasi
Nasional, hal 3
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersi
sempurna dalam cairan pembawa, atau sediaan padat terdiri dari obat dalam
bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan.
§ Leon
Lachamn, hal 985
Suspensi
merupakan sistem heterogen yang terdiri dari dua fase. Fase kontinue atau fase
luar umumnya merupakan cairan atau semi padat, dan fase terdispersi atau fase
dalam terbuat dari partikel-partikel kecil yang pada dasarnya tidak larut,
tetapi seluruhnya dalam fase kontinue. Zat yang tidak larut bisa dimasukkan
untuk absorpsi fisiologi atau untuk fungsi pelapisan dalam dan luar.
b.
Macam-macam Suspensi
1.
Suspensi menurut jenisnya
§ Suspensi
yang digunakan
§ Suspensi
yang dikonstitusikan dengan sejumlah air inteksi atau pelarut lain yang sesuai
sebelum digunakan
2.
Suspensi menurut
penggunaanya (Ilmu Resep Syamsuni, hal 35)
§ Suspensi oral adalah
sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair
dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditunjukan untuk pengunaan oral.
§ Suspensi topical
adalah sedissn cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa
cair yang ditunjukan untuk penggunaan pada kulit.
§ Suspensi tetes telinga
adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus yang ditunjukan untuk
diteteskan pada telinga bagian luar.
§ Suspensi opthalmik
adalah sediaan cair mengandung partikel yang sangat halus, terdispersi dalam cairan pembawa ditunjukan untuk
pemakaian pada mata.
§ Suspensi ophtalmik
harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus, jika di simpan dalam
wadah dosis ganda harus mengandung bakterisida, dan zat terdispersi tidak boleh
menggumpal pada penyimpanan.
§ Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk
dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau
kedalam saluran spinal.
§ Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering
dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
c.
Sifat-Sifat Fisika Suspensi Yang Baik
Beberapa
sifat fisik suspensi yang baik adalah sebagai berikut :
1.
Partikel suspense harus kecil dan seragam, sehingga memberikan penampilan hasil
yang baik dan tidak kasar.
2.
Suspensi harus tetap homogen pada suatu periode, paling tidak pada periode
antara pengocokan dan penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.
3.
Viskositas tidak boleh terlalu kental, sehingga tidak menyulitkan pada saat
penuangan dari wadah dan untuk mengurangi kecepatan pengendapan partikel yang
terdispersi.
4.
Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus mudah didispersikan
kembali pada pengocokan
d.
Stabilitas suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi
adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari
pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :
1.
Ukuran Partikel
Ukuran
partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan
keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar
ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2.Kekentalan / Viskositas
Kekentalan
suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
3.Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah
besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena
sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan
terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi
partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang
singkat.
4.Sifat / Muatan Partikel
Dalam
suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam
cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka
kita tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan
menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan
viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang
dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut
sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang
dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending
agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :
1.
Bahan pensuspensi dari
alam.
Bahan
pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid.
Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut
membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas
cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan
mucilago sangat dipengaruhi oleh panas,PH, dan proses fermentasi bakteri.
a.
Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth
, Algin.
b.
Golongan bukan gom :
Contohnya
: Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b. Golongan organk polimer
e.
Cara Membuat Obat Dalam
Suspensi
1.
Metode pembuatan suspensi
:
§
Metode Dispersi
Dengan
cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam micilago yang terbentuk kemudian
baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada
saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak,
atau kontaminan pada serbuk-serbuk yang halus mudah kemasukan udara yang sukar
dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuh dibasahi tergantung besarnya sudut kontak
antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudah kontak ± 90o serbuk akan mengembang diatas cairan,
serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofi. Untuk menurunkan tegangan
antar muka dan partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat
pembasah atau wetting agent.
§
Metode Precipitasi
Zat yang
hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organic yang hendak dicampur
dengan air. Setelah larut dalam pelarut organic diencerkan dengan larutan
pensuspensi. Cairan organic tersebut adalah etanol, propilenglikol dan
polietilenglikol.
2.
Sistem pembentukan
suspensi :
§
Sistem flokulasi
Sistem flokulasi biasanya mencegah paling
tidak pemisahan yang serius tergantung kadar partikel padatnya dan derajat
flokulasinya. Sedangakan pada suatu saat system flokulasi kelihatan kasar sebab
terjadi flokul.
Sifat umumnya :
-
Partikel merupakan agregat
yang basa
-
Sedimentasi terjadi begitu
cepat.
§ Sistem deflokulasi
Dalam system deflokulasi, partikel-partikel
terdispersi baik dan mengendap sendiri, tapi lebih lambat daripada system
flokulasi. Partikel-partikel ini membentuk cake atau sedimen yang sukar
terdispersi kembali.
Sifat umumnya :
-
Partikel suspensi dalam
keadaan terpisah satu dengan yang lain.
-
Sediaan terbentuk lambat.
f.
Formulasi suspensi
Membuat suspensi stabil secara
fisis ada 2 kategori :
1.
Pada penggunaan
”Structured Vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi Structured
Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dll.
2.
Penggunaan prinsip-prinsip
flokulasi untuk membentuk flok, tetapi dengan pengocokan ringan mudah
disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem
flokulasi ialah :
1. Partikel diberi zat
pembasah dan dispersi medium.
2. Lalu ditambah zat
pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4. Apabila dikehendaki
agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured
Vehicle.
5. Produk akhir yang
diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.
g. Keuntungan
dan Kerugian
Sediaan
Suspensi
Keuntugan sediaan suspensi
antara lain sebagai berikut :
a.
Bahan obat tidak larut
dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat.
b.
Beberapa bahan obat tidak
stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. Obat dalam sediaan suspensi rasanya
lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung
kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi
antara lain sebagai berikut :
a.
Rasa obat dalam larutan
lebih jelas.
b.
Tidak praktis bila
dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, dan kapsul.
c.
Rentan terhadap degradasi
dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana
terdapat air sebagai katalisator .
h. Komponen sediaan Suspensi Secara Umum
1. Bahan
Berkhasiat
Bahan berkhasiat merupakan bahan yang mampu
memberikan efek terapi, pada suspense disebut fase terdispersi, bahan ini
mempunyai kelarutan yang tidak larut di dalam pendispersi.
2. Bahan
Tambahan
§ Bahan Pensuspensi atau
Suspending Agent
Bahan pensuspensi yaitu bahan tambahan yang
berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan
viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat.
§ Macam suspending agent
antara lain:
a.
Golongan polisakarida, contohnya acasia
gom, tragacantha, alginate.
b.
Golongan selulosa larut air, contohnya metal selulosa,
hidroksi etil selulosa, Na-CMC, avicel.
c.
Golongan tanah liat, contohnya bentoit,
veegum, aluminium,magnesiu silica, hectocrite.
d.
Golongan sintetik, contohnya carbomer,
carboxypolymethylene, colloidal, silicon dioksida.
Suspending agent berfungsi mendispersikan
partikel tidak larut kedalam pembawa dan meningkatkan viskositas sehingga
kecepatan pengendapan bisa diperkecil. Mekanisme kerja suspending agent adalah
untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan
akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.
Suspensi yang baik memepunyai kekentalan yang sedang. Disamping
itu penggunaan suspending agent dapat menurukan tegangan antar permukaan antar
dua partikel yang tidak bisa saling tercampur yaitu zat aktif dan cairan pembawa.
3. Bahan
Pembasah
Humektan digunakan tergantung dari sifat
permukaan padat cair bahan aktif. Serbuk sulit dibasahi air disebut hidrofob,
seperti sulfur, carbo adsorben, magnesis stearat, dan serbuk mudah dibasahi
oleh air disebut hidrofil, seperti Toluene, Zinci Oxydi, Magnesi carbonas.
Dalam pembuatan suspense penggunaan himektan sangat berguna dalam penurunan
tegangan antar muka dan pembasah akan dipermudah. Mekanisme kerja himektan
adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat padat, sehingga zat padat
dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Beberapa contoh humektan antara
lain gliserin, propilen glikol, polietilen glikol, dan laritan gom, pada
sediaan suspense ibuprofen ini bahan pembasah menggunakan sorbitol.
4. Pemanis
Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa di
sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu
berklori tinggi dan berkalori rendah. Adapun pemanis tinggi misalnya sakarin,
sukrosa. Sedangkan pemanis kalori rendah misalnya laktosa. Zat pemanis yang
dapat meningkatkan gula darah atau memiliki nilai kalor yang tinggi dan dapat
digunakan dalam formulasi untuk pengobatan diabetes pada sediaan suspense
Ibuprofen sebagai pemanis menggunakan syrup simplex.
5. Pengawet
Pengawet berfungsi untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan mikroba dalam sediaan sehingga dapat menstabilkan sediaan dalam
masa penyimpanan yang lama. Beberapa contoh pengawet antara lain, Metil
paraben, asam benzoate, Chlor butanol, dan Chlorida Kwartener.
6. Pewarna
dan Pewangi
Bahan pewarna dan pewangi harus sesuai dengan
rasa sediaan. Contoh pewarna adalah carmin dan caramel, dan contoh pewangi
adalah Oleum Menthae, Oleum Citrii.
7. Bahan
Pembawa
Sebagai bahan pembawa untuk suspensi adalah
air dan minyak.
i. Evalusi Stabilistas Fisik Suspensi
a. Evaluasi Laju sedimentasi
Merupakan
kecepatan pengendapan dari partikel-partikel suspense. Adapun factor-faktor
yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspensi
tercakup dalam persamaan hokum srokes.
Kecepatan sedimentasi berdasarkan hukum stokes di atas
dipengaruhi :
§ Kerapatan fase
terdispersi dan kerapatan fase pendispersi
Sifat yang diinginkan yaitu kerapatn partikel
lebih besar daripada kerapatn pembawa, karena bila partikel lebih ringan dari
kerapatn pembawa maka partikel akan mengambang dan sulit didistribusikan secara
homogeny ke dalam pembawa.
§
Diameter ukuran partikel
Laju sedimentasi dapat diperlambat dengan
mengurangi ukuran partikel dari fase terdispersi karena semakin kecil ukuran
partikel maka kecepatan jatuhnya lebih kecil.
§ Viskositas medium
pendispersi
Laju sedimentasi dapat berkurang dengan cara
menaikkan viskositas medium disperse, tetapi suatu produk yang mempunyai
viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sulit dituang, sebaiknya
viskositas suspense dinaikkan sampai viskositas sedang saja.
b.
Evaluasi volume Sedimentasi
Volume sedimentasi (F) adalah perbadingan dari
volume endapan yang etrjadi (VU) terhadap volume awal dari suspense
sebelum mengendap (V0) setelah suspense didiamkan.
Prosedur evaluasi volume sedimentasi adalah sebagai berikut:
1. Sediaan dimasukkan ke
dalam tabung sedimen yang berkala.
2. Volume yang diisikan
merupakan volume awal.
3. Setelah didiamkan
beberapa waktu/ hari diamati volume akhir dengan terjadinya sedimentasi volume
akhir terhadap volume yang diukur ((VU)
4. Dihitung volume
sedimentasi
c. Evaluasi Waktu Redispersi
Waktu redispersi dapat diketahui dengan cara
mengocok sediaan dalam wadahnya atau dengan menggunakan pengocok mekanik atau
tangan. Suspense didiamkan hingga mengendap kemudian masing-masing suspense
dikocok homogen dan dicatat waktunya. Kemampuan redispersi baik bila suspense
telah terdispersi sempurna dengan pengocokan dalam waktu maksimal 30 detik.
1.2.3
EMULSI
a. Pengertian
§ Pengantar bentuk sediaan
farmasi eds. IV, hal 376
Emulsi adalah suatu disperse dimana fase
terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdispersi
keseluruh pembawa yang tidak bercampur.
§ FI IV, hal 6
Emulsi adalah system dua fase yang salah satu
cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
§ FI III, hal 9
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat
cair atau larutan obat terdispersi dalam pembawa, distabilkan dengan zat
pengemudi atau surfaktan yang cocok.
§ Formularium Kosmetika yang
Cocok
Emulsi adalah sediaan dasar berupa sistem dua
fase, terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur dimana salah satu
terdispersi dalam bentuk glabul cairan lainnya, jika konsistensinya lebih
kental biasanya disebut krim.
b. Macam-macam Sediaan Emulsi
a. Berdasarkan Cara
Penggunaannya Emulsi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Emulsi untuk pemakaian
dalam (peroral)
Penggunaanya emulsi peroral biasanya mempunyai
tipe minyak dalam air, mucilage merupakan film penutup dari minyak obatnya
untuk menutupi rasa tidak enak, zat perasa diberikan pada fase ekstran untuk
menaikkan rasa enak.
2. Emulsi untuk injeksi
Emulsi parenteral telah diselidiki untuk
penggunaan makanan dan minyak obat untuk hewan dan manusia, penggunaan emulsi
parenteral meminta perhatian khusus selama produksi seperti pemilihan emulgator
ukuran dan kesamaan butir tetes pada penggunaan intravena.
3. Emulsi untuk penggunaan
luar (topikal)
Baik bentuk minyak dalam air atau air dalam minyak
yang dapat dipakai untuk pemakaian kulit dan membrane mukosa. Dengan proses
emulsi memungkinkan terbentuk lotio atau cream yang konsistennya mempunyai
sifat-sifat :
-
Dapat meluas pada daerah yang diobati
-
Dapat mudah dicuci
-
Tidak membekas pada pakaian
-
Memiliki bentuk, bau, warna, dan rasa yang baik
b. Berdasarkan zat cair yang
berfungsi sebagai fase internal dan fase eksternal, yaitu :
1.
Emulsi tipe o/w (oil in water) atau m/a (minyak dalam air) adalah
emulsi ang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi dalam
air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal.
2.
Emulsi tipe w/o (water in oil) atau a/m (air dalam minyak) adalah
emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi dalam
minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.
c. Syarat-syarat Emulsi
§ Sediaan emulsi dapat
terbentuk jika :
-
Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan
-
Terjadi proses pengadukan (agitasi)
-
Terdapat emulgator
Sediaan emulsi yang baik adalah sediaan emulsi
yang stabil, dikatakan stabil apabila sediaan emulsi tersebut dapat
mempertahankan distribusi yang teratur dan fase terdispersi dalam jangka waktu
yang lama. (R. voight 434)
§ Syarat-syarat emulsi
topical ( Formularium Kosmetik Indonesia 1985, hal 33), yaitu :
-
Mudah dioleskan merata pada kulit
-
Mudah dicuci
-
Tidak berbau tengik
-
Tidak menodai pakaian
-
Bebas partikulasi keras
-
Tidak mengiritasi kulit
-
Sifatnya dalam penyimpanan : a) tetap homogeny dan stabil. b) tidak
berbau tengik.
d. Keuntungan Sediaan Emulsi
1.
Meningkatkan bioavalailibilitas obat
2.
Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi
dan hidrolis
3.
Mentupi rasa tidak enak
4.
Sebagai topikaal : membersihkan, pembawa air (pelembut yang
excellent) ke kulit.
5.
Viskositas, penampilan dan tingkat lemak dari emulsi kosmetik atau
dermatologi dapat di control.
6.
Emulsi parenteral, karena tetesan harus dipertahankan stabil dengan
ukuran < 1 µ untuk mencegah emboli.
e. Komposisi Sediaan Emulsi
a. Bahan aktif, terdiri dari
:
1. Paraffin cair
2. Oleum Jec Aselli
3. Curcuboitae Sem
b. Komposisi dasar yaitu
bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri dari :
1. Fase dispersi/ fase
internal/ fase continue/ fase disperse/ fase dalam, yaitu zat cair yang
terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat lain.
2. Fase continue/ fase
eksternal/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
3. Emulgator adalah bagian
dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Bahan-bahan pengemulsi (emulgator), antara lain :
a. Emulgator alam : emulgator
yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit, dapat digolongkan menjadi 3
golongan yaitu :
1. Emulgator dari
tumbuh-tumbuhan
Termasuk golongan
karbohidrat dan merupakan emulgator tipe o/w, sangat peka terhadap
elektrolit dan alcohol kadar tinggi dan dapat dirusak oleh bakteri. Pembuatan
emulsi dengan emulgator ini harus selalu menambahkan bahan pengawet.
a. Gom Arab
Sangat baik untuk emulgator tipe o/w dan obat
minum. Emulsi yang terbentuk sangat stabil dan tidak terlalu kental. Kestabilan
emulsi dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 fakktor, yaitu :
1. Kerja gom arab sebagai
koloid pelindung (teori plastig film)
2. Terbentuknya cairan yang
cukup kental sehingga laju pengendapannya cukup kecil, tetapi massa masih dapat
dituang (tiksotropik).
Jika tidak dinyatakan lain, emulsi yang dibuat
dengan gom arab menggunakan gom arab sebanyak 1 dari jumlah minyaknya. Untuk
membuat korpus emulsi (inti emulsi) diperlukan air 1,5 x bobot gom, kemudian di
aduk kuat-kuat lalu diencerkan dengan sisa airnya.
b. Tragakan
Disperse tragakan dalam air sangat kental sehingga
untuk memperoleh emulsi dengan viskositas yang baik hanya diperlukan tragakan
sebanyak 1/10 kali gom arab saja. Emulgator ini hanya bekerja optimum pada pH
4,5-6. Tragakan di buat korpus emulsi dengan penambahan air sekaligus sebanyak
20 kali berat tragakan. Tragakan hanya berfungsi sebagai pengental, tidak dapat
membentuk koloid pelindung seperti pada gom.
c. Agar-agar
Emulgator ini kurang efektif jika digunakan
sendiri. Pada umumnya zat ini ditambahkan untuk menambah viskositas dari emulsi
dengan gom arab. Sebelum dipakai agar-agar ini dilarutkan dulu dengan air
mendidih. Kemudian didinginkan pelan-pelan sampai suhu kurang dari 45o C
(jika suhu kurang dari 45o C larutan agar-agar akan membentuk gel).
Biasanya digunakan 1-2%.
d. Condrus
Sangat baik dipakai untuk emulsi minyak ikan
karena dapat menutupi rasa dan minyak ikan tersebut. Cara mempersiapkannya
seperti pada agar-agar.
e. Emulgator Lain
§ Kuning telur mengandung
lesitin (golongan protein atau asam amino) dan kolesterol, yang semuanya itu
dapat berfungsi sebagai emulgator. Lesitin adalah emulgator tipr o/w, sedangkan
kolesterol adalah tipe w/o, kemampuan lesitin lebih besar dari kolesterol
sehingga secara total kuning telur merupakan emulgator tipe o/w. lesitin ini
mampu mengemulsikan minyak lemak 4 kali bobotnya dan minyak mengandung 2 kali
bobotnya.
§ Adeps lanae
Zat ini banyak mengandung kolesterol, merupakan
emulgator tipe w/o dan banyak dipergunakan untuk pemakaian luar. Dalam keadaan
kering dapat menyerap air 2 kali bobotnya.
2. Emulgator dari mineral
a. Magnesium Alumunium Silikat ( Vegum) merupakan senyawa organic
yang terdiri atas garam-garam magnesium dan alumunium. Dengan garam-garam
magnesium dan alumunium, emulgator ini emulsi yang terbentuk adalah emulsi tipe
o/w, sedangkan pemakaian lazim adalah sebanyak 1 %. Emulsi ini kurang khusus
untuk pemakaian luar.
b. Bentonit. Tanah liat
terdiri atas senyawa alumunium silikat yang dapat mengabsorpsikan sejumlah
besar air sehingga membuat massa seperti gel. Untuk tujuan sebagai emulgator
dipakai sebanyak 5%.
3. Emulgator buatan/sintetis
a. Sabun. Sangat banyak
dipakai untuk tujuan luar, sangat peka terhadap elektrolit. Dapat dipergunakan
sebagai emulgator tipe o/w maupun w/o tergantung pada valensinya. Sabun bervalensi
1, misal sabun kalium merupakan emulgator tipe o/w, sedangkan sabun bervalensi
2, misal sabun kalsium merupakan emulgator tipe w/o.
b. Tween : 20;40;60;80
c. Span : 20;40;80
§ Emulgator dapat
dikelompokkan menjadi :
-
Anionik : sabun alkali,
Na-Lauril Sulfat
-
Kationik : senyawa ammonium
kuarterner
-
Nonionic : tween dan span
-
Amfoter : protein, lesitin
f. Metode Pembuatan Emulsi
1. Metode Gom Kering
Disebut
pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi
minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga diperoleh
perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator.
Pertama-tama
gom didispersikan ke dalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan diaduk
/digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi.
2. Metode Gom Basah
Disebut
pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago atau
melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama
seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan
harus dilarutkan / didispersikan terlebih dahulu kedalam air misalnya
metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.
3. Metode Botol
Disebut
pula metode Forbes. Metode ini digunakan untuk
emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang
rendah. Metode ini merupakan variasi dari metode gom kering atau metode gom
basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan
dengan fase luar.
Dalam
botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak. Ditambahkan dua
bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak dengan
minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi
utama terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang tepat.
g. Evaluasi Mutu Fisik
1. Sistem HLB (Ilmu Resep,
122)
Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan
yang besarnya tidak sama. Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah “HLB”
(Hidrophyl Lipophyl Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara
kelompok hidrofil dengan kelompok lipofil. Semakin besar harga HLB, berarti
semakin banyak kelompok yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah
larut dalam air dan demikian sebaliknya.
1.2.4
Formulasi
1.
Larutan
§ Larutan topical
R/ Chloramphenicolum 1 g
Propylenglycolum ad 10 ml
S2 dd 2 gtt dext
§ Dasar teori
Guttae Auriculares adalah obat tetes yang
digunakan untuk telinga dengan cara diteteskan pada telinga.
§ Monografi
1.
Chloramphenicolum (FI IV, hal 189)
· Nama lain : Kloramfenikol
· Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau
lempeng memanjang ; putih hingga putih kelabu atau kekuningan ; larut praktis
netral terhadap lakmus P ; stabil dalam larutan netral atau larut agak asam.
· Kelarutan : Sukar larut dalam air ; mudah larut
dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
· Khasiat : Antibiotik
2.
Propylenglycolum (FI IV, hal 712)
· Nama lain : Propilen glikol
· Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak
berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
· Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan
aseton dan kloroform, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial,
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
· Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut (FI
III, hal 534)
§ Perhitungan Bahan
1.
Kloramfenikol = 1g/10 ml
x 10 ml = 1 g = 1 ml
2.
Propilen glikol = 10 ml –
1 ml = 9 ml
§ Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Anak timbangan
|
Kloramfenikol
|
Timbangan kasar dan halus
|
Propilen glikol
|
Gelas ukur
|
Kertas perkamen
|
Beaker glass
|
Tissue
|
Batang pengaduk
|
|
Sendok tanduk
|
|
Pipet
|
|
Pinset
|
|
Botol coklat
|
|
Mortir + stemper
|
|
Serbet
|
§ Cara Pembuatan
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Timbangan disetarakan
3.
Kalibrasi botol 10 ml
4.
Ditimbang kloramfenikol 1 g, kemudian diletakkan pada mortar,
gerus add halus
5.
Diambil propylenglikol 9 ml menggunakan pipet dan dimasukkan ke
dalam gelas ukur, kemudian dituang dalam beaker glass.
6.
Dimasukkan kloramfenikol ke dalam beaker glass tadi yang berisi
propylenglikol, aduk add homogen.
7.
Dimasukkan dalam botol coklat, ditutup kemudian diberi etiket
biru.
§ Larutan topical
R/ Rivanol 2 %
Aquades
add 60 ml
m.f. Solutio
s.u.e
§ Dasar teori
Solutio adalah sediaan cair yang mengandung
satu atau lebih zat kimia terlarut.
§ Monografi
1.
Rivanol (FI IV, hal 61)
· Nama lain : Aethacridin Lactas
· Pemerian :
Serbuk hablur ; tidak berbau ; rasa sepat dan pahit ; larutan dalam air
bereaksi netral ; jika diencerkan berfluoresensi hijau.
· Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah
larut dalam air panas, sukar larut dalam etanol. Larut dalam etanol 50 bagian
air, dalam 9 bagian air panas dan dalam 100 ml etanol (95%) P. (FI III, hal 62)
· Khasiat : Antseptikum ekstern. (FI III,
hal 63)
2.
Aquadest
· Nama latin : Aqua Destilla
· Nama lain : Air suling
· Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
§ Perhitungan Bahan
1.
Rivanol 2 % = 2 g/ 100 ml
x 60 ml = 1,2 gram
2.
Aquades add 60 ml = 60 ml – 1,2 g = 58,8 ml
§ Alat dan bahan
Alat
|
Bahan
|
Anak timbangan
|
Rivanol
|
Timbangan
|
Aquades
|
Beaker glass
|
Tissue
|
Gelas ukur
|
Kertas saring
|
Sendok tanduk
|
|
Pinset
|
|
Mortar + stemper
|
|
Sendok tanduk
|
|
Batang pengaduk
|
|
Botol coklat
|
|
Pinset
|
|
Corong
|
§ Cara Pembuatan
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Timbangan disetarakan
3.
Dikalibrasi botol 60 ml
4.
Ditimbang rivanol 1,2 g
5.
Dimasukkan rivanol ke dalam beaker glass yang berisi air
mendidih di aduk add homogeny, ditunggu sampai dingin.
6.
Disiapkan corong beralas kertas saring, kemudian larutan
dimasukkan ke dalam botol coklat.
7.
Ditutup, diberi etiket biru.
§ Larutan oral
R/ Potio Nigra Contra
Tussim 60 ml
S4 dd 1 c
§ Resep Standar (FMS,
hal 55)
Potio Nigra Tussim (obat batuk hitam)
R/ Succi Liquir 10
Ammonium Chlorida 6
S.a.s.a 6
Aquades add
300
§ Monografi
1.
Ammonium Chlorida (FI III, hal 87)
· Nama lain : Ammonium klorida
· Pemerian : Serbuk atau hablur putih ; tidak
berbau ; rasa asin dan dingin ; higroskopis.
· Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam
gliserol, lebih mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol
(95%) P.
· Khasiat : Ekspektoran
2.
S.a.s.a (Solutio Ammoniae Spirituosa Anisata) (Fh 5, hal 522)
· Minyak adas manis 4
· Spiritus 76
· Ammonia 20
· Cara pembuatannya : Larutkan
4 bagian minyak adas manis dalam 76 bagian spiritus, tambahkan 20 bagian
ammonia zat cair yang mula-mula tidak berwarna lama kelamaan menjadi kuning
muda, bau kuat seperti minyak adas manis seperti ammonia.
3.
Succi Liquir / Chlyrhizae Succus / Ekstrak akar manis (FI IV,
hal 416)
· Pemerian : Batang berbentuk silinder atau
bongkah besar licin agak mengkilap, hitam coklat tua atau serbuk berwarna
coklat.
· Khasiat : Zat tambahan (FI III, hal 276),
ekspektoran (OOP, hal 274).
§ Perhitungan Dosis
1.
DM Ammonium klorida = (- / 10 g)
-
DM 1xh = 10/20 x
10 g = 5 gram
-
DR 1xp = 15ml / 60 ml x 1,2 g = 0,3 gram
1xh =
0,3 gram x 4 = 1,2 gram
-
% DR 1xh = DR / DM x 100
%
= 1,2g / 5g x 100 %
= 24 %
§ Perhitungan Bahan
1.
Succi liquir 10 = 10 / 300 ml x 60 ml = 2 g
2.
Ammonium klorida 6 = 6 / 300 ml x 60 ml = 1,2 g
3.
S.a.s.a 6 = 6 / 300 ml x
60 ml = 1,2 g
4.
Aquades add 60 ml = 60 ml – (10 + 6 + 6) = 38 ml
§ Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Timbangan + anak timbangan
|
Ammonium Chlorida
|
Mortar + stemper
|
S.a.s.a
|
Batang pengaduk
|
Succi liquir
|
Beaker glass
|
Aquades
|
Gelas ukur
|
Tissue
|
Botol coklat
|
Kertas perkamen
|
Gelas arloji + penara
|
|
Serbet
|
|
Pinset
|
§ Cara Pembuatan
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Timbangan disetarakan
3.
Ditimbang succi liquir 2 g, dimasukkan ke dalam beaker glass
4.
Ditimbang ammonium klorida dengan gelas arloji, dimasukkan ke
campuran no. (3), aduk add homogeny.
5.
Dimasukkan dalam botol coklat.
6.
Ditambahkan s.a.s.a ke dalam botol 2-3 tetes
7.
Tutup botol dan diberi etiket putih
§ Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yang
kurang maksimal seperti pada sediaan OBH yang tidak larut sempurna karena masih
ada yang menggumpal. Hal itu disebabkan karena beberapa hal, seperti mungkin
pada saat menggerus atau pada pengadukannya kurang lama sehingga menyebabkan
sediaan yang di buat kurang memuaskan. Namun pada sediaan kloramfenikol dan
rivanol didapatkan hasil yang baik karena pada kloramfenikol dan rivanol
sediaan larut sempurna dan volumenya juga sesuai.
§ Larutan topical
R/ Asam citrat 0,75
Asam tartat qs
Na. Bicarbonat 2
Syrup simplex 10 %
Aquades add 100
m.f. Saturasi
S dd 2 vic 1
§ Monografi
1.
Asam Citrat (FI IV, hal 48)
· Nama latin : Acidum Citricum
· Pemerian : Hablur bening ; tidak berwarna /
serbuk hablur granul sampai halus ; putih, tidak berbau atau praktis tidak
berbau ; rasa sangat asam.
· Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah
larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter.
2.
Asam Tartat (FI IV, hal 53)
· Nama latin : Acidum Tartanicum
· Pemerian : Hablur ; tidak berwarna atau
bening atau serbuk hablur sampai granul, warna putih ; tidak berbau ; rasa asam
dan stabil di udara.
· Kelarutan : Sangat mudah larut dala air, mudah
larut dalam etanol.
3.
Natrium Bicarbonat (FI IV, hal 60)
· Nama latin : Natrii Subcarbonas
· Pemerian : Serbuk hablur, putih stabil di
udara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan, terurai larut
segar dalam air dingin tanpa di kocok, bersifat basa terhadap lakmus.
· Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam
etanol.
4.
Syrup Simplex (FI III, hal 567)
· Nama lain : Sirup gula
· Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.
· Cara pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan
metal paraben 0,25 % b/v qs hingga diperoleh 100 bagian sirup. Terdiri dari 64
bagian gula dan 36 bagian air. (PH ned, hal 516)
§ Perhitungan Bahan
1.
Asam citrat =
0,75 g = 750 mg
2.
Asam tartat =
qs (IMO, hal 119)
10 bagian Asam citrat = 12 bagian Na. bicarbonate
0,75
= x
x
=
0,75 x 12 / 10 = 0,9 bagian Na. bicarbonate
Natrium bicarbonat = 2 – 0,9 =
1,1 gram
10 bagian Na. bicarbonat = 8,9 bagian asam
tartat
1,1 = x
x = 1,1 x 8,9 / 10 = 0,97
bagian asam tartat
3. Natrium Bicarbonat
= 2 gram
4. Syrup simpelex =
10/100 x 100 = 10 gram
5. Aqua = 100 – (0,75
+ 0,97 + 2 + 10)
= 100 – 13,72 = 87 basa = 2/3
= 58 ml
|
1/3
§ Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Timbangan + anak timbangan
|
Asam citrate
|
Besker glass
|
Asam tartat
|
Batang pengaduk
|
Na. Bicarbonat
|
Sendok tanduk + pinset
|
Syrup simplex
|
Gelas ukur
|
Aquades
|
Botol
|
Perkamen
|
Serbet
|
Tissue
|
§ Cara Pembuatan
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Timbangan disetarakan
3.
Dikalibrasi botol 100 ml
4.
Ditimbang asam citrate 750 mg, dilarutkan dengan aquades dalam
beaker glass
5.
Ditimbang asam tartat 970 mg, dilarutkan dengan aquades,
dimasukkan ke dalam larutan no. (4)
6.
Ditimbang syrup simplex, dimasukkan ke dalam larutan no. (5),
aduk add homogen.
7.
Ditimbang natrium bicarbonat , dilarutkan dengan
aquades sesuai dengan kelarutannya (2/3 aqua), dengan gerus tuang.
8.
Larutan natrium bicarbonat dimasukkan dalam botol saturasi
9.
Di ukur larutan no. (6) kira-kira 2/3 nya (26 ml) hingga
terbentuk gas CO2 dengan ditandai terbentuknya gelembung, masukkan
secara perlahan melalui tepi dinding botol.
10. Dimasukkan sisa
larutan no. (6) ke dalam botol secara hati-hati.
11. Segera tutup botol dan
diikat dengan cara di tali sampagne dan beri etiket.
§ Pembahasan
Pada saat praktikum saturasi didapatkan hasil
yang kurang memuaskan karena pada sediaan hanya menghasillkan gas sedikit. Hal
itu terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pada saat
menuangkannya kurang hati-hati sehingga menyebabkan sediaan tumpah saat akan
memasukkannya pada botol dan itu juga mempengaruhi volume larutan yang semula
100 ml menjadi kurang dari 100 ml.
§ Suspensi Oral
R/ Susp. Kloramfenikol 60 ml
S t dd 1 c
§ Resep Standar (Fornas,
hal 66)
Komposisi tiap 5 ml
mengandung Chlorampehenicoli palmitat setara dengan :
Chloramphenicolum 125 mg
Carboxy Methyl Celluiosum Natrium 50
mg
Polysorbatum-80 25 mg
Propylen glycolum
1 g
Syrup simplex 1,5 g
Aqua destilla add 5 mg
§ Catatan :
1.
Pada etiket harus tertera :
a.
Kesetaraan kloramfenikol
b.
Daluarsa (expiced)
2.
1,749 kloram palmitat setara dengan lebih kurang 1 g
kloramfenikol.
§ Monografi
1.
Cloramphenicolum palmitat (FI IV, hal 195)
· Nama lain : Kloramfenikol palmitat
· Pemerian : Serbuk hablur ; halus seperti
lemak ; putih ; bau lemah ; hamper tidak berwarna dan berasa.
· Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut
dalam asetat dan dalam kloroform, larut dalam eter, agak sukar larut dalam
etanol, sangat sukar larut dalam
· Khasiat : Antibiotik
2.
Carboxy Methyl Celulosa Natrium (FI IV, hal 175)
· Pemerian : Serbuk atau granul ; putih sampai
krem ; higroskopis
· Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air
membentuk larutan kolodial, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam
pelarut organic lain.
· Khasiat : Suspending Agent, penstabil
suspense (konsentrasi 0,1 -1,0 %)
3.
Polysorbatum-80 (FI III, hal 509)
· Nama lain : Polisorbat-80
· Pemerian : Cairan kental seperti : jernih,
kuning ; bau asam lemak, khas methanol P, sukar larut dalam paraffin cair P dan
dalam minyak biji kapas P.
· Khasiat : Zat taambahan (pembasah)
4.
Propylenglicolum (FI IV, hal 712)
· Nama lain : Propilen glikol
· Pemerian : Cairan kental ; jernih ; tidak
berwarna ; rasa khas ; praktis tidak berbau ; menyerap air pada udara lembab.
· Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan
aseton, dan kloroform ; larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial ;
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
· Khasiat : Zat tambahan dan pelarut (FI
III, hal 534) dan Pengawet, pelarut, penstabil vitamin, pelembab (Handbook, 241)
5.
Syrup simplex (FI III, 567)
· Nama lain : Sirup gula
· Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna.
· Cara pembuatan : Larutkan 65 bagian sukrosa dalam larutan
metal paraben 0,25 % b/v qs hingga diperoleh 100 bagian sirup. Terdiri dari 64
bagian gula dan 36 bagian air. (PH ned, hal 516)
6.
Aqua Destilla
· Nama lain : Aquades (air suling)
· Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
§ Perhitungan Bahan
1.
Chloramphenicol = 125mg
/ 5 ml x 60 ml = 1500 mg = 1,5 g
1,74 g kloram. Palmitat = 1 g kloramfenikol
1,74
g / 1 g = x / 1,5 g
x = 2,61 gram
2.
CMC-Na = 50 mg / 5 ml x 60 ml = 600 mg = 0,6 g
Air yang dubutuhkan untuk pembuatan CMC-Na =
0.6 g / x = 1 g/ 20 ml = 12 ml
3.
Polysorbatum-80 = 25 mg
/ 5 ml x 60 ml = 300 mg
4.
Propylen glikol = 1
g / 5 ml x 60 ml = 12 g
5.
Syrup simplex =
1,5 g / 5 ml x 60 ml = 18 g = 18 ml
§ Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Timbangan + anak timbangan
|
Kloram. Palmitat
|
Beaker glass
|
CMC-Na
|
Batang pengaduk
|
Polysorbatum-80
|
Sendok tanduk
|
Propilen glikol
|
Gelas ukur
|
Syrup simplex
|
Botol
|
Aquades
|
Gelas arloji + penara
|
Tissue
|
Cawan
|
Kertas perkamen
|
Mortir + stemper
|
|
Pipet
|
|
Serbet
|
§ Cara Pembuatan
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Timbangan disetarakan
3.
Ditimbang CMC-Na 0,6 g, masukkan dalam mortar yang berisi 12 ml
air dengan cara ditaburkan, tunggu sampai mengembang dan membentuk suspending
agent.
4.
Ditimbang kloram. Palmitat 2,61 g, masukkan dalam cawan
5.
Ditimbang polysorbatum-80 sebanyak 300 mg dalam gelas arloji,
masukkan ke cawan penguap no. (4)
6.
Diambil propilen glikol 12 ml, masukkan ke cawan no. (4)
7.
Dimasukkan sirup simplex 18 ml ke cawan penguap no. (4)
8.
Semua bahan yang sudah di campur dimasukkan dalam mortar yang
sudah membentuk mucilage, gerus add halus.
9.
Ditambahkan sisa air ke dalam mortir, gerus dan ditambahkan rasa
dan pewarna yang diinginkan, gerus add homogen.
10. Dimasukkan dalam
botol, tutup dan diberi etiket putih.
§ Pembahasan
Organoleptis :
Bau :
Strowberry
Rasa : Manis
Warna : Merah
muda
Kelarutan : Larut
Volume : 60 ml
Homogenitas : homogen
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada
pembuatan sediaan suspense ini, didapatkan hasil yang baik karena dilihat dari
kelarutannya, volume dan tingkat homogenitas sudah sesuai.
§ Emulsi Oral
R/ Oleum Lecoris Aseli 100
Gliserin 10
Gom Arabicum 30
Oleum Cinamoni gtt IV
Aqua add 215
§ Formula Rancangan
R/ Oleum Lecoris Aseli 13,95
Gliserin 1,39
Gom Arabicum 4,18
Oleum Cinamoni gtt IV
Aqua add 30
§ Monografi
1. Olemu Lecoris Aseli
· Nama lain : Minyak ikan
· Pemerian : Cairan kental, encer, berbau khas,
tidak tengik, rasa, dan bau seperti ikan.
· Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, mudah
larut dalam eter, dalam kloroform, dalam karbon disulfida dan dalam etil asetat.
· Khasiat : Sumber vitamin A dan vitamin D
2. Glyserin
· Nama lain : Gliserin
· Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak
berwarna ; rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak enak),
higroskopis, netral terhadap lakmus.
· Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan
dengan etanol ; tidak larut dalm kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan
dalam minyak menguap.
· Khasiat : Pemanis
3. Gummi Arabicum
· Nama lain : Gom arab, Gummi acacieae adalah
eksudal yang mengeras di udara seperti gom, yang mengalir secara alami atau
dengan penorehan batang dan cabang tanaman Acacia Senegal L. Willdenow
(famillia lequminosae) dan spesies lain Acacia yang berasal dari Afrika.
· Kelarutan : Larut hampir sempurna dalam 2
bagian bobot air, tetapi sangat lambat, meninggalkan sisa bagian tanaman dalam
jumlah yang sangat sedikit ; praktis tidak larut dalam etanol dan dalm eter.
· Khasiat : Emulgator
4. Oleum Cinamoni (FI III,
hal 454)
· Nama lain : Minyak kayu manis
· Pemerian : Cairan, suling segar berwarna
kuning, baud an rasa khas.
· Kelarutan : Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8
ml etanol (70 %) P, opeilesensi yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi
larutan yang dibuat dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam
campuran 0,5 ml NaCl 0,2 N dan 50 ml air.
§ Perhitungan Bahan
1.
Oleum lecoris aseli = 100 /
215 ml x 30 ml = 13,95 ml
2.
Gliserin = 10 / 215 ml x 30 ml = 1,39 ml
3.
Gom arab = 30 / 215 x 30 ml =
4,18 g = 4180 mg
§ Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Timbangan + anak timbangan
|
Oleum lecoris aseli
|
Beaker glass
|
Gliserin
|
Sendok tanduk
|
Gom arab
|
Gelas ukur
|
Oleum cinamoni
|
Botol
|
Aquades
|
Mortir + stemper
|
Tissue
|
Pipet
|
Kertas perkamen
|
Serbet
|
§ Cara Pembuatan
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Timbangan disetarakan
3.
Dikalibrasi botol 30 ml
4.
Ditimbang gom arab 4,18 g, masukkan dalam mortir tambahkan air 10,45
ml, aduk sampai terbentuk mucilago.
5.
Diambil oleum lecoris aseli 13,95 ml, masukkan sedikit demi sedikit
ke dalam mortir no. (4), aduk sampai terbentuk corpor emulsi.
6.
Di ambil gliserin 1,39 ml dan oleum cinamoni 4 tetes. Dituang dalam
bahan no. (3)
7.
Dimasukkan sisa aquades sedikit demi sedikit ke dalam mortir,
tambahkan rasa dan pewarna yang diinginkan, aduk add homogeny.
8.
Dimasukkan ke dalam botol coklat, tutup beri etiket putih.
§ Pembahasan
Organoleptis :
Bau : Jeruk
Rasa : Manis
Warna : Orange
Kelarutan : Larut
Volume : 30 ml
Homogenitas : homogen
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada
pembuatan sediaan emulsi ini, didapatkan hasil yang baik karena dilihat dari
kelarutannya, volume dan tingkat homogenitas sudah sesuai dan hasil sediaanya
juga bercampur dengan baik.
Blackjack, Jackpot slots | Review | RTP, Slots & more
BalasHapusWhat 넷텔러 is Blackjack, 텐벳 먹튀 Jackpot slots, 바카라 사이트 주소 and how does it work? Blackjack is one of the most popular table games in the country and the 넷마블 포커 best available casino online. Learn 888스포츠 More.